Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2020

Guest House bagian akhir

 Rumahnya menjadi tempatku singgah. Perjalanan panjang untuk sampai ke desanya membuatku membutuhkan tempat untuk istirahat sejenak. Melepaskan penat dan mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan kunjungan ke kebun-kebun petani lainnya.⁣  Entah impresi apa yang didapatnya dari kunjunganku.  Aku mengharapkan kehadiranku membawa kebahagiaan. Maka ku datangi lagi ia di hari ia dipulangkan dari rumah sakit.  Masih terbaring tidak dapat duduk. Jauh lebih kurus dan masih  pucat. Ia terlihat kuyu. Bercerita tentang rasa sakit di jahitannya yang harus ia tekan setiap pagi untuk memastikan semua darah kotor didalam perutnya keluar. Refleks aku pejamkan mata, seolah rasa nyeri itu ada di perutku. ⁣ Secara logika kecemasan itu ada disini, khawatir jahitannya infeksi. Kesedihan juga masih disini karena bayi yang dilahirkannya hanya bertahan hidup beberapa hari. Namun, ketika aku berusaha mengendus kecemasan dan kesedihan, tak kutemukan disitu. Beginikah cara mu menjamu kesediha...

Guest House 2

 “Menjadi orang itu seperti rumah singgah.⁣ Setiap pagi ada yang hadir.⁣ Bahagia, kecewa, pahit, pikiran sesaat yang datang sebagai tamu yang tidak diundang…⁣ Selamat datang, sambutlah semuanya.⁣ Meskipun mereka sekumpulan duka, yang menghempas rumahmu seisinya.⁣ Mereka bisa membersihkanmu menjadi sekeping bahagia.⁣ Urusi setiap tamu dengan hormat.⁣ Pikiran gelap, aib, jahat, terima mereka diambang pintu sambil tertawa, suruhlah mereka masuk.⁣ Bersyukurlah pada apapun yang datang karena masing-masing dikirimkan dari jauh sebagai penuntun kita. “⁣ Puisi Rumi inilah yang melekat di ingatanku tentang episode sedih di kehidupan Ibu Ratu. Rumah yang ceria menjadi sepi, Taman yang segar menjadi layu dan aku kehilangan tempat singgah. ⁣ Hari itu, ia kedatangan ‘kecewa dan kepahitan’. Tamu yang tak diundang, memaksa masuk dan keluar dengan mengajak kebahagiaan pergi bersamanya.⁣ Di kehamilannya yang ketujuh bulan ia harus operasi cesar untuk mengatasi gangguan kehamilan yang ditandai denga...

Guest House

  Matahari pagi sudah mulai terasa menyengat ketika aku menginjak halaman rumah kayu bercat biru itu. Kunjunganku kali ini seperti kunjungan lainnya tanpa membuat janji terlebih dahulu. Sebagai penyuluh, ketika ditugaskan di wilayah baru kami harus mengumpulkan data monografi dengan menggunakan instrument PRA. Salah satu instrument itu adalah alokasi kegiatan harian. Dengan menggunakan instrument alokasi kegiatan harian, kami bisa dengan mudah menentukan kapan waktu yang terbaik untuk mengunjungi petani tanpa mengganggu kegiatan usaha taninya. Makanya kupilih waktu untuk mengunjungi Ibu Ratu ketika matahari mulai terik, ia hampir bisa dipastikan berada di rumah untuk istirahat.⁣ ⁣ Tidak seperti biasanya, sambutan rumah itu kali ini berbeda dari biasanya. Tanaman-tanaman yang tertunduk lesu dengan daun yang menggantung kebawah seperti kedua tangan yang menjuntai. Tanaman itu kekurangan air. Tidak pernah sebelumnya walau sekalipun kulihat tanaman di rumah itu layu. ⁣ ⁣ Rumah yang bia...

Berbagi bagian terakhir

  Bukan tanpa tantangan nilai kebaikan yang berusaha ia tegakkan. Perbedaan sudut pandang, pendidikan dan kepentingan sesekali menempatkannya berada dalam posisi tidak nyaman. Baginya itu bukan suatu alasan untuk bergeser dari perannya.⁣ Ia bukanlah orang yang terlihat tegar tak tergoyahkan yang berusaha teguh untuk dapat berbagi. Ia lebih tepatnya seperti kupu-kupu yang terbang mengepakkan sayapnya yang berwarna warni dengan ringan dan riang hinggap kesana kemari sambil kaki-kakinya membantu penyerbukan bunga-bunga. Semudah itulah ia berbagi. Semudah ia bernafas dan menghembuskannya. Ringan.⁣ Entah itu berbagi harta, waktu, tenaga atau pikiran. Semua itu berasal dari satu tempat, yaitu hati yang dipenuhi oleh rasa syukur. Syukur bahwa Allah telah memberinya nikmat. Nikmat yang ia harapkan  dirasakan oleh yang lainnya. Rasa syukur bahwa ia telah melewati masa-masa yang lebih sulit. Rasa syukur telah diberi masa sulit itu sehingga ia mampu memahami kesulitan orang lain.⁣ Berbag...

Berbagi 5

 Bukan sekali ini saja aku merasa telah merepotkannya, pada awal perubahan sistem permohonan kebutuhan pupuk bersubsdi, dia harus bolak balik keliling mengumpulkan data KTP anggotanya. Satu persatu rumah anggota  ia datangi, mencatat nomor induk kependudukan yang enam belas digit itu ditambah data tempat tanggal lahir dan alamat sesuai yang tertera di KTP. ⁣ Hanya berselang beberapa hari Setelah data KTP terkumpul ada lagi permintaan data yang meminta nama ibu kandung. Ibu Ratu harus mengulangi lagi mengunjungi anggotanya. Namun, tidak pernah ku dengar keluh nya.⁣ Dengan mudahnya ia berbagi waktu. Meluangkan waktunya untuk membantu orang disekitarnya. Dan yang terpenting dari waktu itu adalah ia menyertakan kualitas didalamnya. Ia hadir dengan jiwa dan hatinya. Selain meluangkan waktu sebagai ketua kelompok ia juga mengabdikan diri sebagai guru TPA. Ketulusan yang ia tunjukkan sebagai guru TPA. Tugas yang ia emban dengan segenap hati. Perhatian yang tercurah tidak hanya sebata...

Berbagi 4

 Setelah aku yakin bahwa saatnya tepat, kusampaikan amanat dari pesan wa yang tadi masuk. Permintaan dari kelompok cabe untuk meminjam mesin air dari kelompok Ibu Ratu.⁣ “ Bu! mesin air yang di sawah bisa tidak kita pindahkan ke kelompok lain? ” sebuah pertanyaan yang mengharapkan jawaban ‘iya’. ⁣ “Kelompok cabe sangat memerlukan mesin itu untuk menyiram tanamannnya” lanjutku memberi keterangan.⁣  Semenjak cabe menjadi penyebab inflasi karena harganya yang meroket, Tugas kami ditugaskan untuk meningkatkan luas tanam dan produktivitas tanaman cabe. Setiap ada kendala yang petani cabe laporkan harus kami tanggapi dengan perhatian khusus. Namun, tanaman padi yang diusahakan kelompok Ibu Ratu juga tanaman yang penting. Ibu Ratu memiliki segala hak untuk menolak permintaan itu. Dengan mudah ia dapat mencomot salah satu permasalahan pertanian yang kompleks mulai dari teknis budidaya, masalah perilaku dan dinamika kelompok. Aku menimbang-nimbang kemungkinan jawabannya dan berusaha me...

Berbagi 3

"Tidak, Bu. Ini tidak dijual. Biarlah untuk dibagikan ke tetangga yang perlu saja.” Lanjutnya kemudian. Apa yang baru saja dikatakan bu Ratu itu sebenarnya bukan tanpa alasan. Ia tahu bahwa di desanya, jumlah balita stunting terbilang relatif tinggi. Diduga karena kekurangan makan sayuran. Apalagi di desa mereka mereka secara geografis lebih dekat ke pantai. Ini menyebabkan konsumsi protein lebih tinggi karena limpahan tangkapan ikan yang bersumber dari laut. Sementara agar nutrisi itu dapat terserap dengan baik perlu diimbangi dengan sayuran. Nah, ini juga menjadi tugas kami. Oleh karena itu, kami juga ditugaskan untuk mengatasi persoalan stunting ini dengan mengajak masyarakat desa, khususnya ibu-ibu rumah tangga untuk memanfaatkan tanah perkarangannya dengan menanam aneka sayuran. "Jadi siapa saja yang biasa mengambil sayuran di sini?" tanyaku sekalian untuk mengukur dampak dari pemanfaatan pekarangan yang telah kami canangkan itu. Dengan sigap bu Ratu menjawab,...

Berbagi 2

Notifikasi pesan pribadi di aplikasi WA-ku berdenting saat aku dan bu Ratu berada di pekarangan rumahnya. Di saat itu pula, aku mendengar  celotehan anak-anak bu Ratu yang sedang bercengkrama dengan Pang-pang, kucing yang telah hadir di rumah sederhana itu lebih dari setahun ini. Aku yang rencananya hendak masuk ke dalam jadi terhenti. Sesaat aku membaca pesan yang masuk itu. Sementara itu, bu Ratu membiarkanku asyik dengan pesan yang baru masuk itu⁣⁣ Sambil membaca pesan itu, tetap kudengar tawa riang dua kakak beradik itu. Walau perbedaan usianya sekitar lima tahunan tapi tidak menghalangi kedekatan keduanya. Kurasakan mereka begitu menikmati suasana hangat itu. Menurutku, mereka berdua beruntung walau dibesarkan di sebuah naungan rumah yang beratap seng dan berdinding papan itu, mereka tetap menikmati kehidupan sehari-hari dengan penuh keceriaan. ⁣⁣ Aku jadi teringat, di sebuah desa, sebelum aku ditugaskan di lokasi ini. Aku mendapati seorang anak yang malu dengan kehidupan kelu...

Berbagi

Tulisan berikut merupakan  lanjutan dari Cerita Sang Ratu ⁣ ⁣ Tepat pukul 10.00, aku sudah tiba di depan rumah papan bercat biru itu. Sebagai seorang penyuluh pertanian, memang sudah menjadi tugasku melakukan kunjungan perorangan di desa wilayah kerjaku. Ya, salah satunya rumah sang Ratu.⁣ ⁣ Dari luar, sayup-sayup terdengar cekikan suara perempuan setengah baya. Pintu rumah yang terbuka lebar memperjelas siapa pemilik suara itu. “Alhamdulillah, sang Ratu ada di rumah!” Batinku dalam hati.⁣ ⁣ Seperti biasa, kusapa sang pemilik rumah dengan salam khasku, “Assalamualaikum!”⁣ ⁣ “Waalaikumusalam!” Terdengar jawaban suara ceria nan renyah yang berasal dari dalam.⁣ ⁣ Tidak berapa lama, muncullah sosok sang Ratu. Seperti biasa, wajah khasnya yang ramah penuh kehangatan menyambut kedatanganku.⁣ ⁣ “Eh, Ibu! Yuk, masuk!” ajaknya sembari membentangkan tikar purun yang biasa ia letakkan di sudut rumah.⁣ ⁣  Aku melangkah masuk lalu memilih duduk bersila mendekat pintu. Ini sudah jadi tabiat...

Lagi dan Lagi

 Oh ..no....tanpa disadari aku bisa menarik lengan bajuku dengan mudah padalah baju ini paling jarang dipakai karena ujung lengan sempit tak berkancing, susah ditarik melawati siku. Seolah tak percaya aku tarik sekali lagi. eh..iya dengan mudahnya melewati siku. Aku  menahan nafas tak percaya akan kelalainku menjaga berat badan. Apakah sekarang sudah kembali diangka 41 kg .Ku benturkan sikuku ke kusen pintu kayu dan terasa tulang langsung bersentuhan dengan kayu karena menipisnya daging dibawah kulit, ⁣⁣⁣ ⁣⁣⁣ Angka 41 kg itu sangat susah untuk ku lampaui, Hampir 20 tahun bercokol diangka 41 tak bergeming. Ketika kehamilan anakku yang sekarang sudah kelas dua SMA aku yakin aku akan gemuk sepaerti ibu-ibu lain yang otomatis gemuk sesudah melahirkan. Alangkah senangnya ketika berat badan sama kehamilan itu naik 7 kg. Aku bahagia sekali ada beberapa kilo  melekat didagingku, Begitu sangkaanku,Tapi ternyara di hari setelah bersalin, aku berdiri di timbangan dan melihat angka d...

Surat Cinta

Bisakah minta waktumu sejenak? ada yang ingin kusampaikan...⁣⁣ ⁣⁣ Ini penting... ⁣⁣ ⁣⁣ Sebentar saja...⁣⁣ ⁣⁣ ⁣⁣ ⁣⁣ Aku mencintaimu....⁣⁣ ⁣⁣ kamu...⁣⁣ ⁣⁣ iya kamu..... ⁣⁣ ⁣⁣ Mengapa?  masih tidak percaya?⁣⁣ ⁣⁣ lalu apa artinya ini jika aku selalu menginginkan yang terbaik untukmu, berharap kau bahagia dan bisa tersenyum meski kesulitan sedang menghadangmu, merasakan sakit yang kau rasakan dan merasakan sedih yang kau rasakan. Berharap kau dikelilingi oleh orang-orang yang menyayangi dan disayangimu. Aku menginginkan yang terbaik untukmu. ⁣⁣ ⁣⁣ Berharap kau  bisa melepaskan beban di pundakmu, berharap kau bisa menyembuhkan luka-luka batinmu. Aku tidak salah berucap aku memang berharap kau mampu mandiri dengan segera menepis keburukan yang akan hinggap di hatimu....sebanyak itu aku padamu.⁣⁣ ⁣⁣ Jadi maafkan jika kau rasa waktuku kurang untukmu, maafkan aku tidak bisa hadir disaat kau sangat membutuhkan ku. Maafkan aku, bukan karena aku tidak peduli atau bahkan kau anggap aku tela...

Sang Ratu

  Hanya bunga bakung tumbuh di halaman ⁣ ⁣ namun semua itu punya kita⁣ ⁣ memang semua itu milik kita (Rumah Kita- God Bless)⁣ ⁣ ⁣ ⁣ Rumah itu seperti rumah yang mewujudkan diri keluar dari baris  lagu god bless yang terkenal tahun 1988.  Apa tahun 1988? lama sekali !   iya...selama itulah aku baru menemukan sebuah rumah yang istimewa ini. Halaman rumah yang luas ditumbuhi tanaman bunga yang tumbuh dengan sendirinya tapi tetap indah dan berbunga karena disiram setiap hari. Bunga pacar air, tapak darah merah, pink, putih. Kemudian ditambah semarak dengan bunga marigold berwarna orange dan zinnia merah dan zinnia hijau dalam polybag di pinggir dinding depan rumah dan sepanjang jalan dari pinggir jalan aspal menuju ke pintuh rumah. Halaman itu dibelah menjadi dua tepat ditengahnya dengan jalan setapak yang langsung menuju pintu depan rumah. Disebelah kiri  baris  paling pinggir dua batang pohon rambutan yang sudah berbuah dua kali, sebuah pohon lengkeng ya...

Day 2- Cita-cita masa kecil

           Misi hidupku adalah menjadi penyuluh pertanian. Berpuluh tahun yang lalu ketika masih berumur 5 tahun, pandanganku terpana pada layar TV sambil menunjuk ke arah layar aku berkata kepada ibu " aku mau menjadi seperti itu" dan ibu berkata "kalau ingin seperti itu harus jadi insinyur pertanian". Keren sekali apa yang kulihat, sebuah adegan serorang penyuluh pertanian yang juga seorang perempuan berdiri di kebun jagung yang telah mengeluarkan tongkolnya dan dengan lancarnya menjawab pertanyaan-pertanyaan petani tentang pengendalian hama jagung. Sejak itu aku bernemukan tujuan pengabdianku. aku ingin menjadi penyuluh pertanian.          Sebuah cita-cita yang muncul dari jiwa yang masih polos dan syukurnya cita-cita itu dipegang teguh. Tidak mengherankan jika kemudian pilihan jurusan di SMA adalah jurusan yang bisa mengambil kuliah pertanian pun ketika memilih jurusan di tahun kedua kuliah di Fakultas Pertanian jurusan yang kup...

Day 1- Deklarasi 30DWC Jilid 25

                      Pertama kali mendengar tentang 30DWC dari suami,  tertarik tapi ragu akan sanggup kah untuk komit menulis selama 30 hari dan yang terpenting apakah siap meluangkan waktu untuk menulis mengingat kegiatan sehari-hari sudah sangat padat yang menuntut tidak hanya manajemen waktu tapi juga kekuatan fisik.                    Sebagai seorang ibu rumah tangga, sebagai penyuluh pertanian, sebagai murid yang bercita-cita menjadi guru ngaji, sebagai anggota masyarakat yang peduli dengan pendidikan anak-anak sudah sangat menyita waktu, makanya kalimat pertama yang dilontarkan suami setelah menyampaikan informasi ini adalah siap tidak untuk menyisihkan waktu setiap harinya untuk menulis. Sebuah pertanyaan yang hanya ku tanggapi dengan diam karena membenarkan dan sekaligus berpikir peluang.                T...