Berbagi 2
Notifikasi pesan pribadi di aplikasi WA-ku berdenting saat aku dan bu Ratu berada di pekarangan rumahnya. Di saat itu pula, aku mendengar celotehan anak-anak bu Ratu yang sedang bercengkrama dengan Pang-pang, kucing yang telah hadir di rumah sederhana itu lebih dari setahun ini. Aku yang rencananya hendak masuk ke dalam jadi terhenti. Sesaat aku membaca pesan yang masuk itu. Sementara itu, bu Ratu membiarkanku asyik dengan pesan yang baru masuk itu
Sambil membaca pesan itu, tetap kudengar tawa riang dua kakak beradik itu. Walau perbedaan usianya sekitar lima tahunan tapi tidak menghalangi kedekatan keduanya. Kurasakan mereka begitu menikmati suasana hangat itu. Menurutku, mereka berdua beruntung walau dibesarkan di sebuah naungan rumah yang beratap seng dan berdinding papan itu, mereka tetap menikmati kehidupan sehari-hari dengan penuh keceriaan.
Aku jadi teringat, di sebuah desa, sebelum aku ditugaskan di lokasi ini. Aku mendapati seorang anak yang malu dengan kehidupan keluarganya. Ia sangat menutupi rasa mindernya dengan selalu menampilkan pakaian yang bermerek. Bahkan si anak cenderung menekan orang tua untuk bisa memenuhi keinginannya. Sementara, penghasilan orang tuanya tidak seideal yang diharapkan. Jangankan untuk memperhatikan keadaan rumah atau pakaian, memenuhi kebutuhan makan sehari-hari pun masih menjadi hal yang berat. Sayangnya sang anak tidak mau mengerti.
Ini berbeda dengan kedua anak bu Ratu ini. Namun aku jadi berpikir, sebenarnya bu Ratu pun bersyukur memiliki anak-anak yang tidak mempersoalkan tampilan kehidupan mereka. Anak-anaknya terkesan easy going. Apalagi si sulung, Penampilannya yang sederhana menunjukkan bahwa ia tidak menuntut apa-apa terhadap kedua orang tuanya.
Sebenarnya aku hendak melangkah ke dalam rumah itu membersamai kakak beradik itu. Ingin aku mencebur diri dalam telaga kebahagian yang mereka buat. Namun kuurungkan niat itu saat melihat barisan polybag yang berisi tanaman kucai. Tanaman yang disusun dengan rapi itu dalam penglihatanku selama ini seperti tidak diberdayakan. Misalnya dengan dijual ke penampung atau dititipkan di toko-toko di desa. Sebagai penyuluh pertanian, itu sudah menjadi salah satu tugasku, yaitu bagaimana caranya agar pendapatan rumah tangga dapat ditingkatkan, misalnya dengan memberi solusi pemasarannya atau bagaimana nilai produk itu bisa ditingkatkan.
“Waaaah, mau dijual berapa, ya?” Tanyanya sambil ditingkahi dengan cekikikan ringan dan mata yang menyipit.
Ah, sudahlah pikirku. Kalau sudah begitu tingkahnya itu artinya bu Ratu sedang tidak serius. Karena aku sudah hafal. Tingkah yang seolah-olah sedang berpikir nyatanya hanya respon gurauan saja. Ya, begitulah bu Ratu. Selalu ada cara untuk menikmati dan memaknai hidup.
bersambung....
#30DWC
#30DWC jilid 25
#Day 7
Komentar
Posting Komentar