Penyebab dan Cara Mengatasi Daun Cabai Keriting: Panduan untuk Petani


Penyakit keriting adalah salah satu momok paling serius dalam budidaya cabai, terutama di lahan dataran rendah tropis seperti Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh virus, biasanya dari kelompok begomovirus (seperti Gemini virus), yang ditularkan oleh serangga vektor bernama kutu kebul (Bemisia tabaci).

Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan strategi pengendalian yang terintegrasi dalam tiga tahap: jangka pendek, menengah, dan panjang. Berikut penjelasan lengkapnya.

Pengendalian Jangka Pendek

1. Pemantauan dan Identifikasi Dini

  • Lakukan pemeriksaan tanaman secara rutin, terutama pada daun muda.

  • Cari tanda-tanda daun melintir ke atas, kaku, pertumbuhan kerdil.

2. Cabut dan Musnahkan Tanaman Terinfeksi Berat

  • Segera cabut tanaman yang menunjukkan gejala keriting parah.

  • Bakar tanaman tersebut agar virus tidak menyebar.

3. Pengendalian Kutu Kebul

Gunakan insektisida dengan bahan aktif:

  • Imidakloprid (sistemik, kontak)

  • Abamektin (kontak, racun syaraf)

  • Pirimifos metil (kontak, lambung)

  • Spirotetramat (sistemik, bisa digunakan untuk selang-seling)

Gunakan secara bergantian setiap 5-7 hari untuk mencegah resistensi.

4. Perangkap Kuning

  • Pasang perangkap yellow sticky trap 10–15 lembar per hektar.

  • Letakkan di area yang lebih teduh atau di dekat barisan tanaman muda.

5. Aplikasi Pestisida Nabati

  • Gunakan larutan bawang putih, daun sirsak, atau mimba sebagai semprotan alami.

Pengendalian Jangka Menengah

1. Pemangkasan Ringan

Pemangkasan dilakukan untuk menghilangkan bagian tanaman yang sudah terinfeksi virus secara ringan, agar tidak menjadi sumber penularan ke bagian sehat atau ke tanaman lain.

Tujuan pemangkasan:

  • Menghentikan penyebaran virus dari daun yang sudah terinfeksi.

  • Memberi ruang dan energi bagi tanaman untuk menumbuhkan tunas baru yang sehat.

  • Meningkatkan sirkulasi udara dan cahaya matahari di dalam tajuk tanaman, sehingga lingkungan tidak mendukung berkembangnya kutu kebul.

Cara melakukan:

  • Gunakan gunting steril dan bersih untuk memotong daun atau cabang yang terlihat melintir dan keriting.

  • Setelah pemangkasan, semprotkan larutan antiseptik ringan atau pupuk daun untuk mempercepat pemulihan jaringan.

2. Pemupukan Setelah Pemangkasan

Setelah pemangkasan, berikan:

  • Pupuk daun yang mengandung unsur mikro (Zn, B, Mg, Mn)

  • Pupuk NPK seimbang (15-15-15) dalam dosis rendah

  • Kalsium (Ca) dalam bentuk Ca-Boron untuk mempercepat pemulihan jaringan

3. Unsur Mikro untuk Ketahanan Tanaman

  • Zinc (Zn): Membantu pembentukan enzim dan hormon pertumbuhan.

  • Boron (B): Memperkuat dinding sel, mempercepat penyembuhan jaringan.

  • Magnesium (Mg): Kunci dalam fotosintesis.

  • Mangan (Mn): Memperkuat sistem kekebalan tanaman.

  • Kalsium (Ca): Memperkuat dinding sel dan mencegah kerusakan jaringan muda.

Tanaman yang mendapat unsur mikro cukup akan memiliki daun yang lebih tebal, hijau sehat, dan tidak mudah rusak oleh virus.

4. Penggunaan Asam Humat (Humic Acid)

  • Asam humat meningkatkan ketersediaan unsur hara dan memperbaiki struktur tanah.

  • Meningkatkan kesehatan akar serta daya serap nutrisi.

  • Dapat diaplikasikan 1–2 kali per minggu melalui siraman ke akar atau pencampuran dalam pupuk cair.

Pengendalian Jangka Panjang

1. Gunakan Varietas Tahan

Beberapa varietas cabai yang relatif tahan terhadap keriting:

  • Lado F1

  • Bhaskara F1

  • Tanjung 2

  • TM 999

  • Rawit Putih lokal (beberapa sumber menunjukkan toleransi baik)

2. Rotasi Tanaman

  • Hindari menanam cabai di lahan yang sama selama lebih dari satu musim.

  • Lakukan rotasi dengan tanaman non-inang seperti jagung atau kacang tanah.

3. Jaga Kebersihan Lahan

  • Bersihkan gulma secara rutin.Gulma bukan cuma sekadar tanaman pengganggu. Dalam konteks penyakit keriting cabai:

    • Gulma adalah inang alternatif bagi virus dan hama.
      Banyak jenis gulma bisa menjadi tempat hidup kutu kebul sekaligus pembawa (carrier) virus, termasuk begomovirus penyebab keriting.

    • Tempat persembunyian dan berkembang biak.
      Kutu kebul senang bersembunyi di bagian bawah daun gulma yang rimbun dan lembab, terutama saat siang hari.

    • Memperbesar risiko penularan.
      Kutu kebul bisa berpindah dari gulma ke tanaman cabai yang sehat, sehingga infeksi menyebar lebih cepat dan lebih luas.


  • Gunakan mulsa plastik hitam perak untuk menekan populasi kutu kebul.

  • Warna perak (mengkilap) di bagian atas mulsa memantulkan cahaya, yang membuat kutu kebul bingung dan enggan mendekat ke tanaman. Ini seperti efek silau yang mengganggu orientasi visual kutu kebul.

  • Menekan kelembaban dan tempat bertelur.
    Bagian bawah tanaman biasanya lembab karena tanah terbuka. Dengan mulsa, tidak ada tanah terbuka untuk kutu kebul bertelur atau berkembang biak.

  • Menekan pertumbuhan gulma.
    Gulma tidak tumbuh karena tertutup rapat oleh mulsa, jadi lingkungan sekitar tanaman cabai menjadi lebih bersih dan sehat.

4. Tanam Perangkap atau Tanaman Penghalang

  • Tanam jagung atau bunga matahari sebagai pagar hidup yang dapat menahan serangga vektor.

    Jagung dan Bunga Matahari Sebagai Tanaman Penghalang (Barrier Crop)

    1. Membuat Hambatan Fisik

    • Tanaman seperti jagung dan bunga matahari tumbuh tinggi dan rimbun.

    • Mereka bisa menghalangi atau memperlambat pergerakan hama beterbangan seperti kutu kebul masuk ke area tanaman utama (cabai).

    • Vektor seperti kutu kebul biasanya terbang rendah dan horizontal. Dengan adanya pagar tinggi, mereka akan terganggu secara fisik dan tidak mudah mencapai tanaman target.

    2. Efek Kebingungan Visual (Visual Disruption)

    • Daun lebar dan permukaan reflektif dari tanaman seperti bunga matahari bisa menyebabkan gangguan visual bagi kutu kebul, sehingga mereka kesulitan mencari tanaman cabai yang biasanya lebih kecil dan berdaun halus.

    • Ini mirip seperti efek dari mulsa perak: kutu kebul jadi bingung dan enggan mendarat.

    3. Penampung Awal (Trap Crop)

    • Jika ditanam cukup dekat dan menarik bagi serangga, tanaman penghalang kadang bisa juga menampung kutu kebul terlebih dahulu, sehingga bisa disemprot atau dikendalikan di sana sebelum menyerang cabai.

Penutup

Pengendalian penyakit keriting harus dilakukan secara menyeluruh dan konsisten. Tidak ada satu cara tunggal yang efektif, tetapi kombinasi berbagai pendekatan—mulai dari pemilihan varietas, sanitasi, pengendalian vektor, hingga perawatan tanaman pasca infeksi—adalah kunci keberhasilan.

Dengan pendekatan jangka pendek, menengah, dan panjang ini, serta dukungan unsur hara penting seperti kalsium dan asam humat, petani akan lebih siap dalam menjaga kebun cabai tetap sehat dan produktif.

Demikian panduan pengendalian penyakit keriting pada tanaman cabai yang bisa kami bagikan. Tentu saja, kondisi lapangan bisa berbeda-beda, dan selalu ada ruang untuk perbaikan.

Jika ada tambahan pengalaman, saran, atau koreksi dari teman-teman petani dan penyuluh, silakan tulis di kolom komentar.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanaman Terong Layu? Kenali Dua Penyebab Utama dan Cara Mengatasinya

Surat dari Tubuh yang Letih dan Jiwa yang Tak Bisa Tidur