Berbagi bagian terakhir
Bukan tanpa tantangan nilai kebaikan yang berusaha ia tegakkan. Perbedaan sudut pandang, pendidikan dan kepentingan sesekali menempatkannya berada dalam posisi tidak nyaman. Baginya itu bukan suatu alasan untuk bergeser dari perannya.
Ia bukanlah orang yang terlihat tegar tak tergoyahkan yang berusaha teguh untuk dapat berbagi. Ia lebih tepatnya seperti kupu-kupu yang terbang mengepakkan sayapnya yang berwarna warni dengan ringan dan riang hinggap kesana kemari sambil kaki-kakinya membantu penyerbukan bunga-bunga. Semudah itulah ia berbagi. Semudah ia bernafas dan menghembuskannya. Ringan.
Entah itu berbagi harta, waktu, tenaga atau pikiran. Semua itu berasal dari satu tempat, yaitu hati yang dipenuhi oleh rasa syukur. Syukur bahwa Allah telah memberinya nikmat. Nikmat yang ia harapkan dirasakan oleh yang lainnya. Rasa syukur bahwa ia telah melewati masa-masa yang lebih sulit. Rasa syukur telah diberi masa sulit itu sehingga ia mampu memahami kesulitan orang lain.
Berbagi juga datang dari keinginan untuk lebih mendekatkan diri kepada sang pencipta. Mengenal Nya dengan mengikuti perintahNya. PerintahNya untuk berbagi yang mampu membuat hati untuk lebih lembut, lebih penyanyang kepada sesama makhluk. Kelembutan yang sekaligus menjadi kekuatan untuk berkorban untuk kepentingan sesama.
Kesadaran bahwa apa yang dimilikinya adalah amanah sebuah titipan yang akan diminta pertanggungjawaban . Sebagai amanah yang juga dapat hilang maka ia mempergunakan sebaik-baiknya untuk menjadi bekal kehidupan yang abadi.
Komentar
Posting Komentar