Berbagi 3


"Tidak, Bu. Ini tidak dijual. Biarlah untuk dibagikan ke tetangga yang perlu saja.” Lanjutnya kemudian.

Apa yang baru saja dikatakan bu Ratu itu sebenarnya bukan tanpa alasan. Ia tahu bahwa di desanya, jumlah balita stunting terbilang relatif tinggi. Diduga karena kekurangan makan sayuran. Apalagi di desa mereka mereka secara geografis lebih dekat ke pantai. Ini menyebabkan konsumsi protein lebih tinggi karena limpahan tangkapan ikan yang bersumber dari laut. Sementara agar nutrisi itu dapat terserap dengan baik perlu diimbangi dengan sayuran. Nah, ini juga menjadi tugas kami. Oleh karena itu, kami juga ditugaskan untuk mengatasi persoalan stunting ini dengan mengajak masyarakat desa, khususnya ibu-ibu rumah tangga untuk memanfaatkan tanah perkarangannya dengan menanam aneka sayuran.

"Jadi siapa saja yang biasa mengambil sayuran di sini?" tanyaku sekalian untuk mengukur dampak dari pemanfaatan pekarangan yang telah kami canangkan itu.

Dengan sigap bu Ratu menjawab, “Ada beberapa tetangga dekat, khususnya yang masih memiliki anak usia balita.”

 Tiba-tiba terdengar derungan mesin sepeda motor. Obrolan kami pun sontak terhenti. Seakan dikomandoi, kami serentak menoleh.  Seorang perempuan hampir setengah baya pengemudi motor bebek itu, melempar senyum ke arah kami. Setelah menempatkan penyanggah standar motornya dengan baik, perempuan dengan rambut panjang tebal yang dikepang satu itu beranjak menemui kami.

Seperti sudah mengetahui maksud pemilik rambut tebal yang melewati bahunya itu, bu Ratu langsung mempersilakannya untuk mengambil sayuran yang ia kehendaki. Padahal, perempuan itu sendiri belum mengutarakan apa maksud kedatangannya.

Ini menerbitkan keherananku. Manalagi aku tahu bahwa perempuan itu berasal dari RT yang berbeda dengan bu Ratu. Sampai begitu jauhkah jangkauan manfaat dari sayuran yang ada di pekarangan bu Ratu ini? Pikirku.

Ratu sepertinya menangkap keherananaku. "Kasihan kakak itu, Bu. Dia baru saja kehilangan pekerjaannya sebagai buruh harian di perkebunan sawit swasta. Padahal dia adalah tulang punggung keluarga. Suaminya sudah lama tidak dapat bekerja karena sakit yang diderita.” Ujar bu Ratu.

Melihat kedermaan yang ditunjukkan bu Ratu ini membuatku terkesiap. Cara ia menyikapi hidup dan energi kemanusiaannya yang ia hasilkan telah mengikat makna kebaikan yang mendalam. Sungguh, untuk berbagi tidaklah perlu menunggu dengan limpahan kekayaan dulu. Untuk berbagai bisa dengan berbagai cara. Salah satunhya, seperti yang ditunjukkan bu Ratu ini.

 (bersambung…)

#30DWC

#30DWC jilid 25

#Day 8


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanaman Terong Layu? Kenali Dua Penyebab Utama dan Cara Mengatasinya

Penyebab dan Cara Mengatasi Daun Cabai Keriting: Panduan untuk Petani

Surat dari Tubuh yang Letih dan Jiwa yang Tak Bisa Tidur