Guest House 2
“Menjadi orang itu seperti rumah singgah.
Setiap pagi ada yang hadir.
Bahagia, kecewa, pahit, pikiran sesaat yang datang sebagai tamu yang tidak diundang…
Selamat datang, sambutlah semuanya.
Meskipun mereka sekumpulan duka, yang menghempas rumahmu seisinya.
Mereka bisa membersihkanmu menjadi sekeping bahagia.
Urusi setiap tamu dengan hormat.
Pikiran gelap, aib, jahat, terima mereka diambang pintu sambil tertawa, suruhlah mereka masuk.
Bersyukurlah pada apapun yang datang karena masing-masing dikirimkan dari jauh sebagai penuntun kita. “
Puisi Rumi inilah yang melekat di ingatanku tentang episode sedih di kehidupan Ibu Ratu. Rumah yang ceria menjadi sepi, Taman yang segar menjadi layu dan aku kehilangan tempat singgah.
Hari itu, ia kedatangan ‘kecewa dan kepahitan’. Tamu yang tak diundang, memaksa masuk dan keluar dengan mengajak kebahagiaan pergi bersamanya.
Di kehamilannya yang ketujuh bulan ia harus operasi cesar untuk mengatasi gangguan kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi. Operasi yang tanpa persiapan harus segera dilakukan dalam upaya untuk menyelamatkan ibu sekaligus anak.
Pelan-pelan kudorong pintu kamar tempatnya dirawat. Khawatir derit pintu akan mengganggu ketenangan ruangan itu. Aku lihat dia terbaring, sosok yang nyaris tak kukenali. Pucat dan susut. Hanya dua hari yang lalu kami masih bercanda dan sekarang aku harus bertanya ke suaminya untuk memastikan itu dia. Kesadarannya yang baru pulih, rasa sakit sayatan pisau operasi dan suntikan ke pembuluh darah yang pernah kudengar bahwa sakitnya seperti kerasukan setan. Aku hanya berbisik pelan mengharapakan kesembuhannya.
(bersambung)
#30DWC
#30 DWC jilid 25
#Day 13
Komentar
Posting Komentar