Rajawali part 2
Kedua ujung sepatuku bergerak maju mundur, membuat garis-garis di pasir seolah mengimbangi otakku yang sedang bekerja keras memahami kata-kata hikmah Nisa.
Perempuan sederhana yang tetap menjaga keistikamahan pakaiannya itu melanjutkan kisahnya tentang rasa sakit . Setelah ia menyadari untuk keluar dari tekanan itu ia harus berubah menjadi orang yang asertif, tegas dan dapat mempertahankan diri. Perubahan yang dirasakannya sangat menyakitkan.
“kamu tahu San, untuk berubah itu sakit, rasanya seperti aku harus mengelupaskan kulitku untuk kemudian memakai kulit baru, karena aku harus merombak nilai-nilai kebaikan yang telah ditanam orang tuaku. Sifat Patuh, lembut yang telah terbentuk harus ditempa dengan kemampuan untuk berkata tidak dan tegas. Prasangka baik harus dipadukan dengan kewaspadaan. Keinginan untuk dicintai apa adanya harus dibunuh berulang-ulang".
Nisa menggambarkan rasa sakitnya seperti seekor rajawali. ketika berusia empat puluh tahun, harus membuat keputusan besar. Untuk melanjutkan hidup tiga puluh tahun lagi atau mati. Paruh yang sudah rapuh harus digesekkan ke batu agar terlepas dan memberi kesempatan paruh baru tumbuh. Demikian pula dengan kuku dan bulu-bulu yang harus dicabut satu persatu.
Ia memilih untuk menempuh rasa sakit itu demi anaknya, meski pikiran bunuh diri kadang menghampirinya
“Jangan dikira aku benar-benar akan melakukannya ya San” sambil sikunya menggodaku agar jangan terlalu larut dalam kesedihan ceritanya.
Tapi ketika sendiri, godaan untuk mengiris tangan kadang bermain di benaknya. Bukan untuk mengakhiri hidup, tapi agar rasa sakit yang ada didalam dapat keluar, seolah-olah rasa sakit itu berada di darah dan akan mengalir keluar melalui luka.
#30 DWC jilid 25
#Day 28
Keren
BalasHapus