Sang Ratu
Hanya bunga bakung tumbuh di halaman
namun semua itu punya kita
memang semua itu milik kita (Rumah Kita- God Bless)
Rumah itu seperti rumah yang mewujudkan diri keluar dari baris lagu god bless yang terkenal tahun 1988. Apa tahun 1988? lama sekali ! iya...selama itulah aku baru menemukan sebuah rumah yang istimewa ini. Halaman rumah yang luas ditumbuhi tanaman bunga yang tumbuh dengan sendirinya tapi tetap indah dan berbunga karena disiram setiap hari. Bunga pacar air, tapak darah merah, pink, putih. Kemudian ditambah semarak dengan bunga marigold berwarna orange dan zinnia merah dan zinnia hijau dalam polybag di pinggir dinding depan rumah dan sepanjang jalan dari pinggir jalan aspal menuju ke pintuh rumah. Halaman itu dibelah menjadi dua tepat ditengahnya dengan jalan setapak yang langsung menuju pintu depan rumah. Disebelah kiri baris paling pinggir dua batang pohon rambutan yang sudah berbuah dua kali, sebuah pohon lengkeng yang sudah berbuah sekali, kemudian baris berikutnya beberapa tanaman nanas yang bergantian berbuah dan dekat dengan jalan setapak beberapa polybag tanaman terong yang sedang berbuah menjuntaikan terong panjang berwarna ungu. Halaman di sebelah kanan diisi dengan rak tanaman sawi, kangkung, bayam, jagung dan cabe yang semuanya menyediakan kebutuhan sayuran yang lebih dari kebutuhan pemiliknya.
Rumah yang terbuat dari papan yang telah berumur belasan tahun namun tetap terawat dengan cat warna biru yang masih cerah. Lantai semen hitam mengkilap karena bersih rajin dipel. Rumah berukuran 4x6 meter persegi tanpa teras dengan atap seng yang dibuat miring ke sisi kiri dan kanan rumah. Sebuah jendela kecil di depan rumah dengan gordeng kain setengah jendela. Rumah yang dibangun tanpa hutang. Ada ketenangan di dalamnya.
Di sana lah sang ratu beralamat bersama suami dan seorang putri di usia SMA dan putra usia SMP. Halaman rumah itu indah atas titahnya. Semua anggota keluarga mendapat tugas mengerjakan tugas dalam rumah dan halaman. Rumah itu selalu diceriakan oleh suara dan tawanya dan dia tidak akan membiarkan satu orang anggota keluarganya dalam keadaan termenung sendiri. Selalu terdengar keceriaan dalam suaranya bahkan ketika aku mengunjunginya setelah anak ketiga yang baru berumur satu minggu meninggal dan ia sendiri masih terbaring pemulihan operasi sesar. Dengan senyum serta kepala yang dimirngkan dia berkata " ibu aku sekarang lebih langsing". Seperti kebanyakan ibu-ibu lain ia juga tidak suka gemuk dengan alasan kalau gemuk badan terasa berat jadi mudah capek kalau lagi menanam padi di sawah. Sang Ratu tidak perduli dengan standar kecantikan yang didanai perusahaan kosmetik ...putih dan lansing. Ia cantik dengan standarnya sendiri.
Suatu hari ketika sedang duduk di kursi tamunya ditemani sang putra yang juga atas perintahnya untuk menemaniku. ku beri putranya hotspot agar bisa leluasa berselancar. Ketika sedang asyiknya sang putra bermain game online sang ratu memintanya pergi ke toko sembako untuk membeli keperluan memasak. Tak ku dengar suara anak itu mengeluh. Sesuatu yang luar biasa maka ku berikan pujian kepada sang ratu karena kepatuhan anaknya. Sang ratu berkata " mana berani bu mereka ngeluh sama aku karena pasti aku omelin lebih panjang hahaha". Itulah ketegasannya mendirikan kebenaran. Tidak hanya dalam keluarga ia juga asertif menyatakan ketidaksukaannya jika ada hal-ha yang salah yang dilihatnya di lingkungan rumah, di TPA tempatnya mengajar dan di Kelompok Tani yang diketuainya. Dia tidak akan pernah ragu untuk menyatakan kebenaran, tidak ada rasa sungkan atau ragu kalau itu benar pasti dikatakannya. Jika kemudian kata-katanya menyinggung orang lain maka ia tidak akan sungkan-sungkan mendatangi orang tersebut untuk meminta maaf.
Duduk diambang pintu depan rumahnya sambil menikmati bunga zinnia merah dan hijau terasa tentram bukan karena rumah mungilnya bukan karena bunga-bunga itu tapi kehangatan yang melingkupi rumah itu yang ruhnya dihidupkan oleh sang ratu. Ketentraman masa kecil ketika yang diinginkan dari bangun tidur adalah bersenang-senang dan ketika lapar sudah ada makanan dari masakan ibu dan satu satunya kebutuhan adalah minta uang jajan.
Suatu hari Ratu berkata ia berencana menabung uang untuk membelikan perahu yang lebih besar untuk suaminya mencari ikan. Aku yakin dengan izin Allah ia akan mencapai cita-citanya karena ia sang ratu.
#30DWC
#30DWC jilid 25
#Day 3
Aaaaaaaa... bu, saya suka tulisannya. Cara ibu mendeskripsikan rumah dan halamannya kuat. Seolah saya bisa membayangkan bunga yang bermekaran itu, bagaimana penampakan rumah itu. Lalu saya jadi penasaran dengan sosok sang Ratu. Suka suka suka. Apakah ini cerita bersambung? Jika iya, saya dengan senang hati akan setia mengikuti. Semangat menulis, bu. Penggemar tulisan ibu nambah satu. (Sambil angkat tangan tinggi-tinggi)
BalasHapusTrksh kk lulu...Belum tau kapan mau buat sambungannya karena blm minta izin sama Ratu....td sj sudah menitikkan air mata dia dan anaknya membaca cerita itu kebanyakan tertawa dan terharu. Kan kasian klu bsk nangis lg.
Hapus