Surat dari Tubuh yang Letih dan Jiwa yang Tak Bisa Tidur
"Surat dari Tubuh yang Letih dan Jiwa yang Tak Bisa Tidur" Tubuhku menyerah. Sakit perut kemarin berubah jadi mual. Kaki kesemutan. Badan menggigil seperti habis keluar dari ruang mati. Tubuhku sedang mengirim surat peringatan: "Kalau kau mau ke lapangan lagi, jangan ajak aku." Aku minta izin tidak masuk kerja hari ini. Duduk seperti tumpukan baju belum disetrika. Punggungku lengket pada kursi panjang, dan hujan di atap mengetuk-ngetuk seperti doa yang tertahan. Tapi di tengah kelemahan itu, sebuah suara menggema di hatiku, lantang dan menohok: “Apa jawabanmu kalau cucumu bertanya nanti?” Tolonglah! Bisakah aku istirahat? Tubuh ini rebah, tapi jiwaku malah berdiri dan menanyai aku tanpa ampun. Pertanyaan itu menusuk—bukan karena aku tak peduli—tapi karena aku terlalu peduli. Apa yang harus kujawab nanti? Aku ingin berteriak! Aku ingin naik motor ke pesisir pantai, melawan angin yang kencang hanya supaya aku bisa menjerit: "AKU TIDAK TAHU!...